Muries Subiyantoro, Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government and Political Research Institute) Magetan.
KPU Magetan telah menyelesaikan tahap rekapitulasi penghitungan hasil Pemilu Serentak 2024 pada tanggal 28 Pebruari 2024 lalu.
Pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara digelar selama dua hari dan pasca rekapitulasi masyarakat sudah bisa mengetahui komposisi dan perolehan kursi sementara masing-masing partai politik peserta Pemilu 2024 di Magetan.
Adapun kekuatan politik dan perolehan kursi partai politik terbagi untuk 9 (sembilan) partai politik, yang terdiri dari: PKB (8 kursi), PDI Perjuangan (6 kursi), Gerindra (6 kursi), Demokrat (5 kursi), Golkar (5 kursi), PKS (5 Kursi), PAN (5 kursi), Nasdem (4 kursi), dan PPP (1 kursi). Berdasar komposisi dan perolehan kursi partai politik tersebut, terlihat jelas bahwa kekuatan politik di DPRD Magetan nanti akan berimbang, tidak ada kekuatan yang sangat menonjol dari salah satu partai politik, karena selisih jumlah kursi antara satu partai dengan partai lainnya tidak terpaut jauh, hanya direntang 1 (satu) sampai 2 (dua) kursi, kecuali PPP yang rentang perolehan kursinya sampai 3 (tiga) kursi dengan Nasdem.
Melihat keseimbangan kekuatan politik hasil Pemilu Serentak 2024 di Magetan saat ini, menarik kiranya untuk melihat sejauhmana peta koalisi Pilkada Magetan yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 Nopember 2024 nanti.
Salah satu faktor menarik dinamika Pilkada Magetan adalah tidak ada satupun partai politik yang nantinya bisa mengusung pasangan Cabup-Cawabup sendiri, dalam arti harus ada koalisi di antara masing-masing partai politik. Jika partai politik ingin mengusung Paslon sendiri, harus ada partai politik yang memperoleh minimal 9 (sembilan) kursi, sedangkan hasil Pemilu Serentak 2024 tidak ada satupun partai politik di Magetan yang perolehan kursinya sampai 9 (sembilan) kursi.
Penulis mencoba membuat analisis untuk membaca sejauhmana arah peta Pilkada Magetan yang akan diselenggarakan 8 (delapan) bulan ke depan. Analisis yang penulis buat ada kemungkinan sesuai namun ada juga kemungkinan tidak sesuai, tetapi setidaknya bisa memberikan wawasan dan gambaran politik lokal di Magetan dengan berbagai alternatif pilihan koalisi.
Koalisi Berdasarkan Koalisi Pilpres
Apabila koalisi Pilkada Magetan di linierkan dengan koalisi Pilpres, sepertinya akan sangat sulit terjadi. Apabila koalisi PKB (8 kursi), PKS (5 kursi), dan Nasdem (4 kursi) menjadi satu, maka akan diperoleh gabungan kursi sebanyak 17 kursi dan dipastikan bisa mengusung Paslon sendiri. Apabila koalisi Gerindra (6 kursi), Golkar (5 kursi), PAN (5 kursi), Demokrat (5 kursi) menjadi satu, maka akan diperoleh gabungan kursi sebanyak 21 kursi dan dipastikan bisa mengusung Paslon sendiri. Namun, apabila koalisi PDI Perjuangan (6 kursi) dan PPP (1 kursi) menjadi satu, akan diperoleh gabungan kursi hanya sebanyak 7 (tujuh) kursi, maka dipastikan tidak bisa mengusung Paslon sendiri.
Namun, gambaran koalisi Pilkada Magetan apabila di linierkan dengan koalisi Pilpres, bisa sangat mungkin terjadi, jika koalisi partai politik Capres Nomor Urut 1 dan Nomor Urut 3 bergabung menjadi satu. Maka, akan diperoleh komposisi PKB (8 kursi), PKS (5 kursi), Nasdem (4 kursi), PDI Perjuangan (6 kursi) dan PPP (1 kursi) maka akan diperoleh gabungan kursi sebanyak 24 kursi.
Koalisi Berdasarkan “Kesamaan Ideologi”
Koalisi partai politik dalam mengusung Paslon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bisa dipengaruhi karena faktor “kesamaan ideologi”. Seperti kita ketahui, paling tidak ada 2 (dua) arus utama ideologi partai politik di Indonesia, yaitu Ideologi Nasionalis dan Ideologi Islam. Apabila dikorelasikan dengan 2 (dua) arus utama ideologi tersebut, maka koalisi Pilkada Magetan bisa terdapat beberapa alternatif. Di antaranya koalisi antara PKS (5 kursi), PAN (5 kursi), dan PPP (1 kursi), maka akan diperoleh gabungan kursi sebanyak 11 kursi dan dipastikan bisa mengusung Paslon Sendiri. Lalu koalisi selain ketiga partai politik tersebut, diantaranya PDI Perjuangan (6 kursi), PKB ( 8 kursi) Gerindra (6 kursi), Golkar (6 kursi), Demokrat (5 kursi), dan Nasdem (4 kursi).
Koalisi Berdasarkan Semangat Mengusung Bersama-Sama (Koalisi Besar) Atau Semangat Mengusung Sendiri-Sendiri (Koalisi Kecil)
Melihat komposisi kekuatan politik terbaru di Magetan, maka dalam Pilkada Magetan ke depan akan sangat dimungkinkan munculnya 2 (dua) poros utama koalisi, apakah koalisi besar atau koalisi kecil. Yang dimaksud koalisi kecil, adalah apabila terdapat minimal 2 (dua) partai politik berkoalisi mengusung Paslon, dan yang dimaksud koalisi besar adalah koalisi yang melibatkan minimal 3 (tiga) sampai 5 (lima) partai politik bergabung mengusung Paslon sendiri.
Sebagai gambaran apabila koalisi kecil, maka contohnya cukup PKB (8 kursi) bergabung dengan PPP (1 kursi) bisa mengusung Paslon tanpa melibatkan partai-partai lainnya. Contoh lain misalnya, Demokrat (5 kursi) bergabung dengan PAN (5 kursi) juga sudah cukup untuk mengusung Paslon sendiri. Di susul misalnya PDI Perjuangan (6 kursi) bergabung dengan Nasdem (4 kursi). Lantas, Golkar (5 kursi) bergabung dengan PKS (5 kursi).
Apabila koalisi kecil nanti yang akan diambil oleh partai politik, maka sangat dimungkinkan akan terdapat 4 (empat) Paslon Pilkada Magetan. Adapun gambaran koalisi besar adalah gabungan banyak partai untuk bergabung menjadi satu. Apabila koalisi besar ini yang akan diambil, maka akan sangat dimungkinkan terdapat 2 (dua) atau 3 (tiga) Paslon Pilkada Magetan.
Koalisi Berdasarkan Kepentingan “Pragmatis”
Adapun potensi koalisi berikutnya yang bisa dianalisis adalah koalisi berdasarkan kepentingan pragmatis. Mengapa penulis mencoba menganalisis koalisi berdasarkan kepentingan “pragmatis” ini? Hal ini didasarkan pada hipotesis awal (namun hipotesis ini tentunya juga bisa salah), bahwa ada kemungkinan bangunan koalisi yang akan dibuat nanti hanya sekadar untuk berpikir secara pragmatis, yaitu bagaimana caranya agar partai bisa mendapatkan dan menambah pundi-pundi kapital atau modal sebagai pengganti proses pertarungan Pileg lalu.
Apabila benar terjadi hal yang seperti ini misalnya, maka akan sangat disayangkan. Karena partai tidak penting lagi melihat siapa, bagaimana dan apa yang yang akan dilakukan Paslon nantinya. Sehingga kualitas demokrasi lokal di Magetan akan bisa berjalan mundur. Oleh sebab itu, mudah-mudahan koalisi berdasarkan kepentingan “pragmatis” ini tidak akan terjadi.
Apapun bentuk, model, jumlah dan dinamika koalisi yang akan diambil partai politik dalam perhelatan Pilkada Serentak 2024, masyarakat Magetan sangat mengharapkan akan hadir dan terpilihnya pemimpin lokal yang memiliki integritas, kapabilitas dan kualitas yang bisa membawa Magetan menjadi lebih baik dan masyarakatnya menjadi lebih sejahtera. Bisa membawa Magetan menjadi Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo, Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur. Semoga!