Legislator Riyono “Caping”: Pancasila Harus Membumi, dari Desa hingga Istana

0

POJOKKATA.COM, Semarang – Pancasila bukan sekadar simbol atau hafalan lima sila. Ia adalah nilai hidup, arah kompas berbangsa yang seharusnya semakin kuat mencengkeram akar rakyat, dari desa-desa terpencil hingga singgasana kekuasaan di istana. Begitu pesan yang ditegaskan anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Riyono Caping, dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Minggu (1/6/2025).

“Pancasila secara nilai dan keyakinan berbangsa harus betul-betul lahir kembali dalam denyut kehidupan rakyat kita. Harus semakin dekat dan dekat dengan problem kehidupan bangsa,” ujarnya saat ditemui di sela kegiatan di Semarang.

Riyono menyoroti kekhawatiran yang makin terasa: lunturnya pemahaman generasi muda terhadap dasar negara. Bukan sekali dua kali, siswa SMP hingga SMA terlihat gagap saat diminta menyebut urutan sila Pancasila. Fenomena ini, menurutnya, menjadi alarm bagi para pemimpin negeri.

“Anak-anak di desa dan kota mungkin lebih hafal lagu-lagu viral atau gerakan TikTok daripada Pancasila. Ini kondisi yang harus diwaspadai. Jangan sampai Pancasila jadi asing di rumahnya sendiri,” lanjutnya.

Padahal, lanjut Riyono, Pancasila bukan sekadar ideologi di atas kertas. Ia merangkum nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, keadilan, dan gotong royong—yang jika benar-benar dihayati dan dijalankan, akan melahirkan Indonesia yang adil dan sejahtera.

“Pemimpin negeri ini harus jadi teladan dalam menjalankan Pancasila secara utuh, mulai dari sikap hingga kebijakan,” tegasnya.

Riyono juga menyinggung peluang besar dalam pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo. Ia menilai fokus Asta Cita yang dimulai dari pembangunan desa adalah pintu masuk strategis untuk menanamkan nilai Pancasila sejak dini.

“Saatnya dana desa tidak hanya untuk infrastruktur fisik, tapi juga untuk pendidikan ideologi. Pendidikan Pancasila di desa, jika dijalankan secara sistematis dan serentak, bisa jadi benteng kokoh dari penyimpangan nilai—baik dari norma hukum maupun agama,” tutupnya.

Pesan Riyono menggarisbawahi bahwa Hari Lahir Pancasila bukan hanya seremonial tahunan. Ini momentum refleksi—apakah Pancasila masih hidup dalam kehidupan sehari-hari rakyat, atau hanya tinggal slogan yang terlepas dari realitas. Sebab membumikan Pancasila, artinya menjadikannya nafas dalam setiap denyut kehidupan Indonesia. (Gal/PK)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini