Viral Rombongan Berpakaian Putih di Puncak Gunung Lawu, Ini Penjelasanya

0

POJOKKATA.COM, Magetan — Sebuah video yang menampilkan puluhan orang berpakaian serba putih tengah melakukan ritual di puncak Gunung Lawu, tepatnya di kawasan Hargo Dalem, viral di media sosial sejak akhir pekan lalu. Aksi ini sempat memicu berbagai spekulasi publik, mulai dari dugaan aliran sesat hingga praktik mistik gaib.

Dalam video berdurasi singkat itu, terlihat sejumlah orang mengelilingi tugu Hargo Dumilah. Sebagian lainnya tampak duduk bersila dalam lingkaran, menciptakan suasana khusyuk di tengah kabut khas ketinggian Lawu.

Pihak Perhutani pun angkat bicara. Asisten Perhutani BKPH Lawu Selatan, Mulyadi, menyebut bahwa kelompok tersebut berasal dari Sumber Banggi, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah. Mereka mendaki melalui jalur Cemoro Sewu pada Kamis (10/7) dan menggelar ritual keesokan harinya, Jumat (11/7), bertepatan dengan bulan Suro.

“Jumlah mereka sekitar 100 orang. Kegiatan itu rutin dilakukan setiap tahun, bertepatan dengan 11 Suro, sebagai bentuk ziarah untuk menghormati Sunan Lawu,” terang Mulyadi, Senin (14/7).

Mulyadi menegaskan, tidak ada unsur ajaran menyimpang dalam kegiatan tersebut. Para peserta mengenakan busana salat seperti jubah putih, sorban, dan mukena bagi perempuan. Mereka pun mengganti pakaian setibanya di puncak, bukan sejak dari bawah.

“Ritualnya berupa tawasul, doa-doa, dan bacaan yang tidak keluar dari ajaran Islam. Kelompok ini berasal dari Nahdlatul Ulama. Kegiatan serupa sudah mereka lakukan 14 kali,” imbuhnya.

Kepolisian Resor Magetan turut memastikan bahwa kegiatan tersebut bukan berasal dari kelompok aliran sesat. Kapolres Magetan AKBP Raden Erik Bangun Prakasa menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Perhutani dan pengelola jalur pendakian untuk menelusuri kebenaran video tersebut.

“Kami sudah cek langsung. Lokasi memang di puncak Gunung Lawu, dan kelompok tersebut dari NU Purwodadi. Mereka bukan aliran sesat. Kegiatan itu berupa ritual doa dan ziarah rutin setiap Suro,” jelas Erik.

Menurut Erik, momen bulan Suro memang kerap dimanfaatkan sejumlah pendaki untuk melakukan ritual spiritual di Gunung Lawu. Namun ia memastikan bahwa kegiatan yang viral ini tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan hukum atau norma agama.

“Pembacaan yang dilakukan berupa doa-doa Islami, bukan kegiatan menyimpang. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan,” tandasnya.

Gunung Lawu sendiri dikenal sebagai lokasi yang sarat nilai spiritual dan sejarah. Setiap tahun, terutama di bulan Suro, kawasan ini menjadi tujuan peziarah dari berbagai daerah untuk berdoa dan mengenang sosok-sosok wali yang diyakini memiliki keterkaitan dengan Lawu, salah satunya Sunan Lawu. (Gal/PK)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini