POJOKKATA.COM, MAGETAN – Selama dua hari, Jumat-Sabtu (25–26/7), warga Kelurahan Kepolorejo, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan menggelar Festival Kembang Kepuh 2025, tradisi turun-temurun dalam rangka Bersih Desa.
Tak hanya ritual sakral, gelaran budaya ini kini menjadi ajang pesta rakyat yang masuk dalam Calendar of Events Kabupaten Magetan.
Kepala Kelurahan Kepolorejo, Aditya Surendra Mawardi, menyebut bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen warga dalam melestarikan adat dan budaya warisan leluhur.
“Festival ini rutin kami gelar setiap tahun sebagai bentuk nguri-nguri budaya. bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah,” terangnya.
Festival dimulai dengan doa bersama di Punden Sonokeling dan pengembalian posisi artefak. Tempat sakral ini diyakini menyimpan jejak sejarah penting. Bahkan, menurut penelitian BRIN, artefak di kawasan tersebut diprediksi berasal dari abad ke-7 hingga 8 Masehi.
Ditandai dengan penyerahan SK Bupati tentang penetapan Blok Batu Berinskripsi sebagai Benda Cagar Budaya. SK diserahkan langsung oleh Kabid Kebudayaan Disbudpar Magetan kepada Lurah Kepolorejo.
“Sesuai Keputusan Bupati Nomor 100/ID.3.5/403/2024, Blok Batu Berinskripsi ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Juga dilakukan reposisi artefak berdasarkan rekomendasi tim arkeologi,” jelas Aditya.
Selanjutnya, Kirab Tumpeng ‘Krono Jiwa Ulu Wetu’ mengawali arak-arakan siang hari.
Seluruh RW ambil bagian dengan membawa tumpeng sebagai simbol syukur dan harapan. Salah satu tumpeng disimbolkan, sementara yang lain dinikmati bersama masyarakat.
Tahun ini, kirab semakin semarak dengan kehadiran grup drum band SDNU Islamiyah dan SMP, serta atraksi pencak silat dan karate dari berbagai perguruan seperti PSHW, IKSPI, PSHT, PSCP, hingga GO JU ASS.
Wakil Bupati Magetan, Suyatni Priasmoro, yang hadir melepas kirab, memberikan apresiasi tinggi. Ia menyebut kegiatan ini memperkokoh jati diri dan gotong royong masyarakat.
“Kegiatan ini sangat positif. Ini bukan sekadar budaya, tapi kekuatan sosial yang menjaga ketahanan masyarakat,” ujarnya.
Malam harinya, pentas seni dan pagelaran ketoprak memeriahkan panggung budaya.
Hari kedua tak kalah semarak. Dimulai dengan senam sehat warga, lalu dilanjutkan pagelaran seni Reog dan gerak jalan humor bertajuk Glamour (Gerak Jalan Humor). Uniknya, peserta gerak jalan tampil dengan dandanan nyeleneh yang mengundang gelak tawa penonton.
Malam puncak ditutup dengan Fashion Show Batik Kepolorejo dan tembang kenangan. Tak ketinggalan, produk-produk unggulan UMKM Kepolorejo ikut ambil bagian dalam bazar yang digelar sepanjang akhir pekan.
“Semua elemen masyarakat terlibat. Dari warga biasa, seniman, sampai pelaku UMKM. Inilah wajah Kepolorejo, guyub, kreatif, dan cinta budaya,” ujar Aditya.
Ia menegaskan bahwa Festival Kembang Kepuh menjadi ruang spiritual, sosial, dan ekonomi warga. Ia berharap seluruh rangkaian kegiatan membawa berkah bagi masyarakat.
“Semoga dengan bersih desa ini, Allah SWT memberikan keselamatan, kedamaian, kelancaran pembangunan, serta masyarakat yang guyub rukun,” tutur Aditya. (Gal/PK)