POJOKKATA.COM, MAGETAN – Telaga Sarangan kembali jadi perbincangan panas di media sosial. Bukan soal keindahan alam atau ramai pengunjung, tapi karena sebuah video 58 detik yang merekam keributan antara wisatawan dan pemilik warung gara-gara nasi pecel keliling.
Dalam video yang beredar, tampak sejumlah pengunjung berbaju merah terlibat adu mulut dengan seorang ibu-ibu pemilik warung. Pemicunya sepele namun menyulut emosi: si pengunjung membeli nasi pecel dari pedagang keliling, bukan dari warung tetap.
“Ibu itu dagangnya di situ, ibu warungnya di sebelah situ kan,” ujar seorang pengunjung berbaju pink, mencoba meluruskan duduk perkaranya.
Namun si ibu warung tetap bersikeras. Menurutnya, pedagang pecel keliling dilarang berhenti di area wisata.
“Ini peraturan bahwa tidak boleh, itu KTA keliling magrok (berhenti) itu tidak boleh,” katanya dengan nada tinggi.
Pengunjung lain membela, menyebut pedagang hanya berhenti sejenak untuk melayani pembeli. Tapi si pemilik warung bersikukuh telah meminta pedagang tersebut untuk pindah.
“Soalnya kasihan yang membuka warung,” ujarnya.
Peristiwa ini memicu sorotan publik, bukan hanya soal keributan, tapi juga cerminan konflik laten antara pelaku usaha wisata di kawasan Sarangan: antara yang menetap dan yang keliling.
Menanggapi itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Magetan, Eka Raditya, menyebut belum ada aturan resmi dari pemda yang melarang pedagang keliling berhenti di kawasan wisata.
“Telaga Sarangan ini kawasan terbuka, menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 4.000 pelaku wisata. Mulai dari tukang perahu, kuda, foto, sampai pedagang sate dan pecel keliling,” ujar Eka, Sabtu (2/8).
Selama ini, pengelolaan kawasan dilakukan berbasis kesepakatan antar pelaku usaha. Namun Eka menyebut, pemerintah sedang menyusun regulasi resmi berupa Peraturan Bupati (Perbup) untuk menertibkan tata kelola di kawasan tersebut.
“Semua pelaku wisata akan dinaungi di Perbup agar tidak terjadi gesekan,” tegasnya.
Sementara itu, pihak Dinas Pariwisata juga telah meminta paguyuban pemilik warung dan pedagang keliling untuk saling menghormati dan menjaga etika berdagang.
Sudah Bukan Kali Pertama
Ricuh antar pedagang di Sarangan bukan hal baru. Pada Juni 2021, video perkelahian antara penjual sate keliling dan pemilik warung sempat viral dan berujung ke ranah hukum. Di Mei 2023, pengunjung dilarang duduk di kursi karena tak membeli makanan juga sempat heboh.
Tak hanya soal pedagang, harga makanan yang dinilai tak wajar pun kerap jadi sorotan. Juli 2024, sebuah unggahan TikTok mengeluhkan harga makan Rp225 ribu untuk tiga porsi nasi goreng dan beberapa minuman. November 2024, es teh Rp15 ribu juga viral.
Belum lagi persoalan kebersihan. Pada awal Januari 2024, banyak wisatawan mengeluhkan tumpukan sampah yang berserakan di pagi hari.
Dengan sederet polemik itu, publik menaruh harapan besar pada pemerintah untuk segera menata Sarangan secara menyeluruh. Bukan hanya demi kenyamanan pengunjung, tapi juga demi kelangsungan ekonomi ribuan pelaku wisata yang menggantungkan hidup di kawasan telaga andalan Magetan itu. (Gal/PK)