Ratusan Warga Gelar Istighotsah di Depan DPRD Ponorogo, Doakan Bupati Nonaktif Sugiri Sancoko

0

POJOKKATA.COM, PONOROGO – Suasana depan Gedung DPRD Ponorogo berubah, Kamis (20/11/2025) pagi. Ratusan warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Trisno Kang Giri (FMTKG) menggelar aksi damai dengan mengusung istighotsah dan doa bersama sebagai bentuk dukungan moril kepada Bupati Ponorogo nonaktif, Sugiri Sancoko, yang tengah menjalani proses hukum pasca OTT KPK pada 7 November lalu.

Aksi yang berlangsung tertib itu diawali dengan pembacaan doa, lantunan dzikir, dan istighotsah. Massa juga membawa sejumlah banner berisi ungkapan kerinduan terhadap Bupati nonaktif, seperti “Kami rindu Bupati,” “Pulanglah Pak Giri rakyat menunggu,” hingga “Ponorogo sunyi tanpamu Pak Giri.”

Selain spanduk, peserta aksi juga membubuhkan tanda tangan di atas kain mori sebagai simbol dukungan dan doa bersama.

Sejumlah tokoh tampak hadir, di antaranya Drs KH Imam Baijuri, KH Imam Suyono, KH Sunartip Fadlan, Ny Hj Aning Rahmawati, Bahrin Nasikin (AKBP Purn), Relawan Sugiri Sancoko, Kelompok masyarakat pendukung Bupati nonaktif, serta Jamaah istighotsah dari berbagai kecamatan

Para ulama secara bergantian memimpin doa agar Ponorogo senantiasa dalam lindungan Tuhan, sekaligus memohon kelapangan jalan bagi Sugiri Sancoko dalam menghadapi proses hukum.

“Kita berdoa bukan hanya untuk Kang Giri, tapi juga untuk seluruh masyarakat Ponorogo. Semoga diberikan keselamatan, ketenangan, dan keberkahan,” ujar KH Sunartip Fadlan dalam sambutannya.

Ketua FMTKG, Anom, dalam orasinya menegaskan bahwa aksi tersebut bukan bentuk provokasi, melainkan wujud kepedulian masyarakat.

“Berangkat dari rasa keprihatinan yang mendalam, mari bersama memberikan dukungan moril kepada Kang Giri. Beliau banyak memberikan prestasi dan kontribusi nyata bagi kemajuan Ponorogo,” ucapnya.

Menurut Anom, doa bersama dipilih sebagai bentuk dukungan yang religius dan damai. Ia juga mengajak warga untuk tetap tenang serta menghormati proses hukum yang tengah berjalan.

“Kita berharap persoalan hukum ini segera menemukan titik terang, dan beliau bisa kembali memimpin serta melanjutkan perjuangan membangun Ponorogo hebat,” lanjutnya.

Di sela aksi, massa juga membacakan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Surat tersebut berisi penyampaian aspirasi masyarakat mengenai perkembangan pembangunan di Ponorogo serta harapan agar Presiden memberikan perhatian khusus kepada kondisi daerah.

Dalam surat itu, warga menyampaikan sejumlah catatan terkait stagnasi pembangunan, mulai dari pertumbuhan ekonomi yang tak kunjung meningkat, persoalan energi dan kebencanaan, pengembangan UMKM, hingga penataan kota yang dinilai belum optimal.

Mereka juga menyinggung potensi besar Ponorogo yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda untuk Reyog Ponorogo serta penobatan Ponorogo sebagai laboratorium Creative Cities Network sejak Oktober 2025.

“Dengan segala kerendahan hati, kami memohon agar Bapak Presiden berkenan melihat langsung kondisi Ponorogo,” bunyi salah satu paragraf dalam surat tersebut.

Massa berharap Presiden dapat memberikan arahan dan dukungan agar pembangunan di Ponorogo berjalan lebih cepat dan selaras dengan kebutuhan masyarakat.

Mereka menutup surat dengan harapan agar Sugiri Sancoko dapat kembali memimpin dan membawa Ponorogo menjadi lebih baik.

Aksi istighotsah yang berlangsung sekitar dua jam itu berjalan kondusif dan tertib. Setelah doa penutup, massa membubarkan diri dengan damai. (Gal/PK)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini