POJOKKATA.COM, Ponorogo – Pelarian panjang Dewi Astutik akhirnya terhenti di negeri orang. Perempuan 43 tahun asal Ponorogo yang masuk radar Interpol sebagai pemain penting penyelundupan sabu dua ton itu diciduk tim gabungan BNN, Interpol, dan BAIS di Kamboja, Senin (1/12).
Nama Dewi—dikenal pula dengan inisial PA—lama menghantui aparat sebagai sosok sentral jaringan narkoba internasional.
Nilai barang bukti kasus yang menyeretnya fantastis: Rp 5 triliun. Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto terbang langsung ke Kamboja untuk menjemputnya dan memastikan proses pemulangan berjalan tanpa hambatan.
Suyudi menjelaskan penangkapan itu dimulai dari informasi intelijen pada 17 November lalu. Titik koordinat yang mengarah ke Pnom Penh menjadi pintu masuk operasi perburuan.
“Informasi itu kami tindak lanjuti dengan membentuk tim. Mereka diberangkatkan ke Kamboja pada 25 November,” kata Suyudi saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/12).
Tim tiba pada 30 November dan langsung berkoordinasi dengan KBRI serta kepolisian setempat.
Penangkapan datang sehari kemudian, Dewi terdeteksi berada di sebuah Toyota Prius putih yang berhenti di lobi hotel kawasan Sihanouk.
“Penangkapan dilakukan 1 Desember pukul 13.39 waktu setempat. Target diamankan saat bersama seorang laki-laki,” jelas Suyudi.
Identitas Dewi pun diverifikasi di lokasi untuk memastikan kecocokan dengan data DPO Interpol.
Dalam penjelasan terpisah, Suyudi menegaskan bahwa agenda pemberantasan narkoba merupakan bagian dari strategi nasional.
“Perang terhadap narkoba adalah isu kemanusiaan. Pengguna harus ditempatkan sebagai korban yang perlu direhabilitasi,” ucapnya.
Dari TKW ke Buronan Internasional
Nama Dewi sempat lekat di telinga warga Ponorogo setelah masuk daftar pencarian Interpol.
Perempuan itu dikenal pernah bekerja sebagai TKW di sejumlah negara.
Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, membenarkan Dewi pernah tinggal di wilayahnya setelah menikah dengan warga setempat pada 2009.
“Dia pendatang dari Slahung. Kerjanya di luar negeri sebagai TKW, katanya pernah di Taiwan, Hongkong, dan terakhir di Kamboja,” kata Gunawan.
Warga lain, Mbah Misiyem, mengingat Dewi sempat pamit pada 2023. Saat itu, ia mengatakan hendak bekerja di Kamboja setelah libur Lebaran.
“Saya tanya kenapa jauh sekali, dia jawab di rumah tidak ada kerjaan. Suaminya ditinggal katanya tidak apa-apa,” cerita Misiyem.
Dewi disebut tidak terlalu dekat dengan warga sekitar, meski pernah tinggal cukup lama di dusun tersebut.
Karena itu, kabar keterlibatannya dalam jaringan narkoba internasional membuat warga kaget.
“Kalau benar seperti yang viral, ya prihatin. Polisi juga pernah ke sini memastikan alamatnya. Memang betul dia pernah tinggal sini,” ujar Gunawan. (*)



