POJOKKATA.COM, Magetan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magetan terus memperkuat peran remaja dalam isu kesehatan. Salah satunya melalui kegiatan Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan Remaja Tahun 2025 yang digelar di Gedung Korpri Magetan, 22–24 Desember 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari sub kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak Usia Pendidikan Dasar. Sekaligus dirangkai dengan Pemilihan Duta Kesehatan Remaja (DKR) Kabupaten Magetan Tahun 2025.
Kepala Bidang Layanan Kesehatan Dinkes Magetan, Retnowati Hadirini, menjelaskan bahwa proses pemilihan DKR sudah dimulai sejak akhir November lalu. Tahapannya cukup panjang, mulai pendaftaran daring, seleksi administrasi, pemeriksaan fisik, hingga wawancara awal.
“Setelah seleksi awal, hasilnya kami umumkan pada 2 Desember. Peserta yang lolos kemudian mengikuti orientasi dan pembekalan selama dua hari,” jelas Retnowati, Rabu (24/12).
Dalam masa pembekalan, peserta mendapatkan berbagai materi strategis yang berkaitan dengan program prioritas nasional. Mulai dari penurunan angka kematian ibu dan bayi (AKI-AKB), stunting, tuberkulosis, HIV/AIDS, infeksi menular seksual, hingga kesehatan jiwa yang menghadirkan dokter spesialis jiwa.
Tak hanya itu, remaja juga dibekali pengetahuan gizi, kesehatan reproduksi, kesehatan mental, serta pelatihan public speaking. Dinkes Magetan juga menggandeng Polres setempat untuk memberikan materi safety riding.
Setelah pembekalan, peserta mengikuti Jambore Kader Kesehatan Remaja selama tiga hari. Di dalamnya terdapat latihan kepemimpinan, kedisiplinan dasar (LKD), hingga simulasi peran kader di lapangan.
“Puncaknya adalah proses penilaian. Mulai tes tulis dan praktik penyuluhan pada Senin, dilanjutkan penilaian talenta dan wawancara,” imbuhnya.
Dari total 50 peserta, panitia menyeleksi 20 besar. Dari kelompok tersebut, ditetapkan Duta Kesehatan Remaja putra-putri, juara 1, 2, dan 3, serta harapan 1, 2, dan 3.
Menurut Retnowati, tujuan utama pemilihan DKR bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan menyiapkan remaja yang mampu berperan sebagai peer counselor di lingkungan sebayanya.
“Harapannya mereka bisa meningkatkan kapasitas remaja terkait isu-isu kesehatan terkini, seperti stunting, UKS, kesehatan mental, kesehatan reproduksi, anemia, hingga penyiapan kehidupan berkeluarga yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Selain itu, DKR juga diharapkan mampu membangun kesadaran kritis remaja terhadap isu kesehatan, baik regional, nasional, maupun internasional. Terlebih di era digital yang sarat informasi, termasuk hoaks kesehatan.
“Duta kesehatan remaja ini diharapkan menjadi agen perubahan. Memberikan konseling, informasi, dan edukasi yang benar, sekaligus menjadi jembatan aspirasi remaja kepada stakeholder dan masyarakat,” tambah Retnowati.
Ke depan, Dinkes Magetan juga menyiapkan DKR untuk terlibat aktif dalam youth forum di wilayah masing-masing, bahkan mengikuti ajang Duta Kesehatan Remaja tingkat provinsi maupun event kepemudaan lainnya.
Sebagai informasi, kelompok remaja berusia 10–18 tahun dan belum menikah mencakup sekitar 30 persen populasi Indonesia. Jumlah yang besar ini menjadikan isu kesehatan remaja sebagai perhatian penting dalam kesehatan masyarakat, karena sangat menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan.
Berbagai persoalan seperti HIV/AIDS, infeksi menular seksual, kehamilan tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, anemia, hingga stunting masih menjadi tantangan. Karena itu, keberadaan figur teladan melalui Duta Kesehatan Remaja dinilai strategis untuk menumbuhkan perilaku hidup sehat di kalangan teman sebaya.
“Dengan pengetahuan dan perilaku yang baik, mereka bisa menjadi panutan. Apa yang mereka lakukan akan ditiru oleh remaja lain,” pungkas Retnowati. (Gal/PK)



