POJOKKATA.COM, PONOROGO – Jejak historis antara Ponorogo dan Keraton Surakarta Hadiningrat kembali dipertegas. Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIV Gusti Purboyo bersama Gusti Kanjeng Ratu Ageng melakukan lawatan khusus ke Bumi Reog, Kamis (25/12/2025).
Kedatangan Sinuhun beserta keluarga, sentana, dan abdi dalem disambut langsung Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Ponorogo Lisdyarita di Pringgitan. Suasana penyambutan berlangsung hangat, mencerminkan eratnya hubungan emosional dan historis antara Ponorogo dan Keraton Kasunanan Surakarta.
Kunjungan tersebut tak sekadar silaturahmi. Dialog strategis turut dibangun, terutama terkait peluang kerja sama ekonomi lintas sektor. Sejumlah potensi dibahas, mulai dari pengembangan peternakan, investasi, hingga peluang pembangunan hotel berbintang di Ponorogo.
“Sudah sounding-sounding dengan Sinuhun. Ke depan ada peluang kerja sama peternakan, termasuk harapan Ponorogo memiliki hotel bintang lima. Untuk pariwisata, kami ajak Sinuhun melihat langsung potensi Telaga Ngebel,” ujar Lisdyarita yang akrab disapa Bunda Rita.
Menurut Bunda Rita, relasi antara Ponorogo dan Keraton Surakarta bukanlah hubungan yang baru terjalin. Sejarah panjang telah membuktikan kedekatan tersebut, bahkan hingga masa modern. Saat pandemi Covid-19 lalu, Keraton Surakarta turut memberikan bantuan vaksin kepada Ponorogo.
“Ini bukan sekadar kunjungan. Hubungan silaturahmi dan kerja sama sudah lama terbangun. Semoga membawa dampak positif bagi kebangkitan Ponorogo,” jelasnya.
Sementara itu, Sinuhun Pakubuwono XIV menegaskan bahwa lawatan ke Ponorogo merupakan bagian dari upaya mempererat persaudaraan lintas generasi antara Keraton Kasunanan Surakarta dan masyarakat Ponorogo. Ia berharap, kolaborasi yang terjalin dapat melahirkan inovasi dan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
“Ponorogo secara sejarah tidak terlepas dari Keraton Mataram Islam. Ini bagian dari upaya mendorong kemajuan daerah sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya,” ungkap Gusti Purboyo.
Kunjungan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa kolaborasi berbasis sejarah dan budaya masih relevan sebagai fondasi pembangunan daerah ke depan. (Gal/PK)



