POJOKKATA.COM, Magetan – Tonggak sejarah baru tercipta di dunia pendidikan tinggi Indonesia. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo kini resmi beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar kepada Rektor Prof. Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag., di Jakarta pada Minggu (26/5).
Perubahan status ini bukan sekadar pergantian nama. Ini adalah lompatan besar yang membuka jalan bagi pengembangan institusi secara lebih luas. UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo kini memiliki ruang yang lebih besar untuk mengembangkan program studi, baik keislaman maupun umum. Peluang membuka fakultas baru pun terbuka lebar.
“Semoga alih status ini memberikan keberkahan bagi pendidikan Indonesia,” ungkap Prof. Evi.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto, Menteri Sekretaris Negara, Menteri PAN-RB, Menteri Hukum, Menteri Keuangan, serta jajaran Kementerian Agama yang telah mendukung penuh proses transformasi ini.
Transformasi IAIN menjadi UIN ini menjadi bagian dari perjalanan panjang yang telah dimulai sejak 1 Februari 1968, saat lembaga ini masih bernama Akademi Syari’ah Abdul Wahhab (ASA). Gagasan besar dari KH. Syamsuddin dan KH. Chozin Dawoedy tersebut terus mengalami metamorfosis.
Mulai dari Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel (1970), lalu menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) pada 1997, hingga resmi menjadi IAIN Ponorogo tahun 2016 lewat Perpres Nomor 75 Tahun 2016.
Kini, setelah 55 tahun kiprah di dunia pendidikan tinggi, perubahan menjadi UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo diyakini akan memperkuat peran kampus dalam mencetak generasi unggul dan berdaya saing.
Sejumlah pencapaian telah ditorehkan, mulai dari prestasi mahasiswa, peningkatan akreditasi, hingga bertambahnya jumlah guru besar.
Dengan nama besar tokoh ulama lokal, Kiai Ageng Muhammad Besari, yang kini disematkan sebagai identitas universitas, kampus ini menegaskan komitmennya: membangun pendidikan berbasis nilai-nilai Islam, lokalitas, dan keunggulan akademik nasional.
Perubahan ini sekaligus menjadi hadiah istimewa di usia ke-55, menandai babak baru dalam perjalanan panjang institusi pendidikan tinggi Islam di Bumi Reog. (Gal/PK)