POJOKAKATA.COM, MAGETAN – Efisiensi anggaran berdampak signifikan pada pembangunan infrastruktur di Kabupaten Magetan. Tahun 2025 ini, sebanyak 40 proyek pembangunan harus tertunda akibat pemangkasan anggaran yang cukup besar, terutama di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setempat.
Kepala Dinas PUPR Magetan, Muhtar Wakid, menyampaikan bahwa efisiensi terbesar memang menyasar sektor infrastruktur, seiring dengan kebijakan nasional.
“Dinas PUPR Magetan ini kena efisiensi hingga Rp 36 miliar. Dana dari DAK dan DAU transfer pusat yang awalnya kami harapkan, akhirnya jadi nol,” jelas Muhtar, saat ditemui di kantornya.
Tak hanya itu, efisiensi juga menyasar belanja perjalanan dinas dan anggaran lain-lain hingga total mencapai Rp 38 miliar. Imbasnya, puluhan lokasi proyek tak bisa dilanjutkan.
“Ada sekitar 40 lokasi yang terdampak, tertunda atau bahkan hilang dari daftar proyek,” tambahnya.
Namun demikian, Muhtar menjelaskan bahwa Pemkab Magetan tetap mengupayakan penanganan proyek-proyek prioritas melalui realokasi anggaran. Total dana hasil realokasi mencapai Rp 24 miliar, dan dialokasikan untuk lokasi-lokasi yang dianggap paling mendesak.
Beberapa proyek yang berhasil diprioritaskan di antaranya adalah lanjutan pembangunan jalan Takeran-Goranggareng yang sebelumnya belum tuntas hotmix-nya, serta pelebaran Jalan Tulung–Ngunut–Nguntoronadi dan Kawedanan–Goranggareng–Lembeyan.
“Jalan dari Tladan–Jatisari sampai Pupus itu rencananya butuh Rp 5 miliar, tapi karena efisiensi kami usulkan ulang agar bisa ditangani walau tidak penuh,” ungkapnya.
Ruas jalan lainnya seperti Pupus–Semen, Parang–Turus, serta jalan depan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Magetan juga masuk dalam daftar prioritas usulan realokasi. Drainase di depan kampus yang sempit dan memicu banjir pun menjadi perhatian serius.
“Drainase depan UNESA belum tuntas, karena hanya separuh yang dikerjakan. Akhirnya air menyempit dan banjir. Itu juga kami usulkan dalam realokasi,” bebernya.
Muhtar juga menyoroti kondisi infrastruktur di sekitar Stasiun Barat yang belum tertata, padahal PT KAI telah mengalokasikan lokomotif untuk ditampilkan di depan stasiun sebagai bagian dari penataan kawasan.
“Kalau KAI sudah hibahkan lokomotif tapi kita batal membangun jalannya, kan jadi tidak elok. Maka tetap kami dorong penyelesaiannya,” tegasnya.
Dinas PUPR juga mencatat bahwa pemeliharaan jalan tetap dilaksanakan dengan anggaran sekitar Rp 25 miliar, baik untuk pemeliharaan rutin maupun berkala.
Sayangnya, pembangunan jembatan tidak mendapat alokasi sama sekali tahun ini.
“Jembatan itu butuh anggaran penuh, tidak bisa bertahap seperti jalan. Maka tahun ini, kosong untuk pembangunan jembatan,” terang Muhtar.
Meski banyak proyek terdampak, pihaknya tetap optimistis dengan dukungan program kerja Bupati Magetan yang baru.
“Targetnya jalan tanpa lubang, walau itu tentu sulit direalisasikan penuh jika anggarannya tidak berkelanjutan,” ujarnya.
Muhtar menegaskan, perbaikan infrastruktur butuh anggaran yang cukup dan kontinu.
“Kalau anggaran tidak terus menerus dan malah berkurang, ya pasti banyak yang berlubang,” tandasnya. (Gal/PK)