POJOKKATA.COM, Jakarta – Gelombang bencana yang melanda Aceh, Sumbar, dan Sumut menyisakan duka panjang. Lebih dari 800 warga dilaporkan meninggal dunia, sementara sekitar 600 orang masih belum ditemukan.
Dampaknya tak hanya merenggut nyawa, tetapi juga meluluhlantakkan sumber nafkah warga, terutama petani dan peternak.
Sawah, ladang, hingga kolam ikan ikut porak-poranda diterjang banjir dan longsor. Anggota DPR RI Komisi IV dari Fraksi PKS, Riyono Caping, menyebutkan skala kerusakan sektor pertanian mencapai level yang mengkhawatirkan.
“Ada kurang lebih 30 ribu hektare sawah terkena dampak, dan sekitar 5 ribu hektare mengalami gagal panen. Kerugian pusonya saja mencapai 195 miliar rupiah,” ujar Riyono, Senin (8/12).
Menurutnya, kerusakan tidak hanya menimpa tanaman padi, tapi juga jagung, kedelai, dan berbagai komoditas hortikultura. Kondisi ini menuntut pemerintah melakukan pemetaan ulang lahan produktif sebagai penyangga pangan di tiga provinsi terdampak.
Data terbaru yang disampaikan Sekda Sumbar pada 7 Desember ikut mempertegas skala kerusakan. Tercatat 6.749 hektare sawah terdampak, 6.713 hektare lahan rusak, 1.031 hektare kebun mengalami kerusakan, serta 10.486 unit kolam ikan hancur.
Riyono menegaskan pentingnya pendataan presisi. “Catatan dan kerusakan yang terkena dampak harus dihitung dengan cermat agar betul-betul valid. Kementan dan pemda harus terus meningkatkan pendataan demi perbaikan dan bantuan untuk para petani ke depan,” tambahnya.
Di tengah situasi ini, Riyono menyambut baik langkah Presiden Prabowo yang berencana membebaskan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani di Aceh, Sumbar, dan Sumut.
Menurutnya, kebijakan tersebut menjadi bentuk keberpihakan negara pada para petani yang sedang menghadapi beban berat.
“Petani harus diringankan bebannya. KUR yang akan dibebaskan Presiden merupakan kebijakan cepat yang sangat membantu,” tutup Riyono. (Gal/PK)



