POJOKKATA.COM, Magetan – Kabupaten Magetan menggelar Haul ke-2 Ki Mageti pada Selasa (15/10/2024), dengan prosesi penyembelihan kebo (kerbau) di Alun-Alun Magetan.
Kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Magetan ke-349 ini diinisiasi oleh komunitas Kyai Kampoeng, sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa.
Prosesi Haul Ki Mageti dimulai dengan kataman Al-Quran dan doa bersama di Pendopo Surya Graha pada Rabu pagi (16/10/2024), dan akan diakhiri dengan puncak acara Pagelaran Wayang Kulit pada malam harinya.
Wayang kulit yang akan dipentaskan mengusung lakon “Aji Narantaka”, dipimpin oleh dalang Ki Winarto, dengan penampilan spesial dari Cak Komet cs.
Winarto, salah satu koordinator acara, menjelaskan bahwa penyembelihan kebo bukan hanya sekadar ritual, tetapi memiliki makna simbolis.
“Kebo terkenal sebagai binatang yang dianggap bodoh, dan penyembelihannya di alun-alun Magetan bermakna membunuh kebodohan. Ini juga sebagai penghormatan terhadap Ki Mageti, sosok yang diyakini memiliki kekuatan supranatural dan tidak hanya berkuasa di Magetan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan, komunitas Kyai Kampoeng menyajikan hidangan soto kebo dan krupuk lempeng secara gratis bagi masyarakat.
Soto kebo ini dibuat dari kerbau yang disembelih sebelumnya di alun-alun, dan dibagikan saat berlangsungnya pagelaran wayang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Magetan, Drs. Benny Adrian, yang hadir mewakili Pj Bupati Magetan, menegaskan pentingnya acara ini sebagai momentum untuk melestarikan budaya dan memperkuat kebersamaan masyarakat.
“Kyai Kampoeng telah memberikan kontribusi besar dalam menjaga nilai-nilai luhur tradisi kita. Melalui acara ini, kami mengajak masyarakat kembali kepada akar budaya yang membentuk karakter kita, terutama di Magetan,” terangnya.
Acara ini turut dihadiri oleh jajaran pemerintah daerah, Forkopimca, pengasuh pondok pesantren, santri, serta masyarakat umum. Peringatan Haul Ki Mageti tak hanya menjadi ajang untuk mengenang sosok bersejarah, tetapi juga sebagai sarana memperkuat jati diri masyarakat Jawa, khususnya di Kabupaten Magetan. (Gal)