Desa Mojorejo Mulai Tahun Kedua Program Binaan Lewat Sosialisasi “Kampung Bamboe”

0

POJOKKATA.COM, Madiun – Program Pengembangan Desa Binaan (PDB) di Desa Mojorejo, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun, resmi memasuki tahun kedua dengan digelarnya kegiatan sosialisasi bertajuk Program Pengembangan Kampung Bamboe, Sabtu (20/7). Kegiatan ini menjadi titik awal dari rangkaian penguatan kapasitas pelaku usaha bambu dan pengembangan nilai tambah produk melalui strategi branding, inovasi desain, dan pemasaran digital.

Acara yang berlangsung di Balai Komunitas Mojorejo ini dihadiri oleh Tim Pengabdian Universitas Darussalam Gontor, perwakilan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kemdiksaintek, pengrajin bambu dari Komunitas Roemah Bamboe dan Deling Studio, serta perangkat desa setempat.

Ketua Tim Pengabdian, Prof. Dr. Mohammad Muslih, MA, menegaskan bahwa fokus utama pada tahun kedua program ini adalah value building atau pembangunan nilai tambah pada produk bambu. “Kalau tahun pertama fokus kita adalah capacity building, maka tahun ini kita ingin agar produk bambu Mojorejo tidak hanya bagus dibuat, tapi juga kuat dipasarkan, memiliki merek, dan mudah dikenal di pasar yang lebih luas,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, tim memaparkan sejumlah rencana kerja yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2025. Agenda utama mencakup pendampingan pembentukan brand lokal, pelatihan e-commerce dan digital marketing, sosialisasi budaya kerja 5R, pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pelatihan teknologi tepat guna (TTG), pendampingan komunikasi bisnis dalam forum internasional, diversifikasi produk, hingga pengenalan sistem Quality Assessment dan Quality Control (QA/QC).

Program ini dirancang untuk membantu para pengrajin memahami dan mengelola seluruh proses produksi dan pemasaran, dari hulu ke hilir, dengan standar kualitas yang lebih baik dan berdaya saing tinggi.

Sosialisasi juga menghadirkan sesi dialog interaktif antara tim pengabdian dan para mitra pengrajin. Dalam diskusi tersebut, sejumlah isu mencuat, seperti tantangan mengakses pasar menengah ke atas, kebutuhan desain kemasan yang lebih modern, hingga minimnya pendampingan dalam pemasaran digital. Tim pengabdian mencatat seluruh masukan tersebut untuk disesuaikan dalam pelaksanaan kegiatan berikutnya.

Salah satu pengrajin dari Komunitas Roemah Bamboe, Sutrisno, menyambut baik kelanjutan program ini. Ia mengaku bahwa program di tahun pertama telah memberi dampak positif terhadap kualitas produksi mereka, khususnya dalam penggunaan alat-alat TTG. “Sekarang kami lebih percaya diri dengan produk yang dihasilkan. Tapi memang masih ada pekerjaan rumah besar: bagaimana produk kami bisa dikenal luas dan punya merek yang kuat. Karena itu kami senang sekali ketika tahu tahun ini fokusnya ke arah sana,” ujarnya.

Kegiatan ditutup dengan penegasan komitmen bersama antara tim pengabdian, mitra pengrajin, dan perangkat desa untuk mendukung keberlanjutan program secara menyeluruh. Kepala Desa Mojorejo dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas program yang telah berjalan. “Program ini tidak hanya memberikan keterampilan, tetapi juga harapan baru bagi warga Mojorejo untuk naik kelas dalam ekonomi kreatif. Kami berkomitmen mendukung penuh setiap kegiatan yang dijalankan,” katanya.

Dengan dimulainya kembali program melalui kegiatan sosialisasi Kampung Bamboe, Mojorejo menatap tahun kedua PDB dengan optimisme. Harapannya, melalui strategi yang lebih terarah dalam membangun merek, inovasi produk, dan transformasi digital, Desa Mojorejo dapat berkembang menjadi desa kreatif berbasis bambu yang tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi juga mampu menembus pasar regional hingga internasional. (Bambang Setyo Utomo/PK)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini