POJOKKATA.COM, Ponorogo – Sejarah bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan pijakan untuk membangun peradaban. Semangat itulah yang mengiringi puluhan peserta lintas generasi dalam kegiatan Jelajah Situs Jejak Sejarah Ponorogo, Minggu (23/8/2025).
Tak kurang dari 90 peserta, mulai mahasiswa, komunitas sejarah, hingga anak-anak generasi Alpha, ikut dalam wisata edukasi yang digagas Pamong Wengker bersama Tim Cagar Budaya Ponorogo.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko pun melepas langsung rombongan dari halaman Pringgitan.
‘’Keren, saya salut dan kagum melihat rombongan yang begitu beragam, bahkan ada generasi sangat muda yang ikut serta,’’ ucap Kang Giri sapaan akrab bupati.
Rombongan kemudian menyusuri sejumlah lokasi bersejarah. Mulai Museum Transit, Makam Bathoro Katong, Situs Gunung Gae di Desa Ngrupit, Masjid Kiai Kholifah di Sampung, Situs Dusun Medang, hingga Cerobong Asap Sampung.
Kang Giri menegaskan, mencintai sejarah dan menghargai leluhur bukanlah sekadar romantisme masa lalu. “Ini fondasi dalam membentuk jati diri,’’ tegasnya.
Karena itu, Pemkab Ponorogo tengah merintis pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban di Kecamatan Sampung. Museum Transit yang kini berdiri di bekas Gedung Pusdalops akan menjadi wadah awal menampung artefak sebelum dipindah ke museum permanen.
Meski begitu, Kang Giri mengaku prihatin lantaran pelajaran sejarah lokal, budi pekerti, hingga sopan santun mulai hilang dari bangku pendidikan dasar.
Ia mendorong kalangan akademisi untuk menggali kembali sejarah Ponorogo yang selama ini banyak terkubur atau terabaikan. ‘’Kita mulai dari akar. Semua sejarah perlu diteliti sedalam-dalamnya,’’ ujarnya.
Lebih lanjut, bupati dua periode itu berharap Jelajah Situs Jejak Sejarah tidak berhenti sebagai agenda tahunan.
“Harus rutin tiap bulan, dengan destinasi berbeda-beda. Kalau anak-anak sejak kecil mengenal sejarah Bathoro Katong, Tegalsari, Medang Kamulan, hingga Sirah Ketheng, mereka akan paham lahir dari bangsa besar,’’ tandasnya.
Sementara itu, koordinator kegiatan, Titis Mursito, menyebut bahwa jelajah kali ini merupakan gelaran kelima. Setiap kunjungan, destinasi selalu berbeda karena banyaknya situs bersejarah di Ponorogo.
‘’Masih banyak yang belum dikenal masyarakat secara luas. Tidak mungkin selesai dalam sehari. Harapannya bisa rutin tiap bulan,’’ katanya. (Gal/PK)