DI Magetan, 344 Orang Terinfeksi HIV/AIDS

0

POJOKKATA.COM, Magetan – Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Magetan terus menunjukkan tren peningkatan. Hingga pertengahan tahun 2025, Dinas Kesehatan mencatat total 344 kasus HIV/AIDS. Terbaru, sejak Januari hingga April 2025, ditemukan 57 kasus baru.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Magetan, Suwantyo, menyebut sebagian besar penderita berada di rentang usia produktif, yakni 25–39 tahun.

“Sebanyak 344 kasus akumulatif ini kami temukan sejak beberapa tahun terakhir. Dari jumlah itu, 57 di antaranya terdeteksi hanya dalam empat bulan terakhir tahun ini,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).

Jika dirunut, kasus HIV/AIDS di Magetan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pada 2020 tercatat ditemukan 51 kasus, naik menjadi 53 di 2021, lalu melonjak ke 73 kasus di 2022. Tahun 2023 mencatat 111 kasus, sementara tahun lalu juga ditemukan 100 kasus.

“Pola peningkatan ini menunjukkan bahwa penularan masih berlangsung aktif, dan sebagian besar penderitanya tidak mengetahui sejak kapan terinfeksi. Saat diperiksa, kondisinya sudah menunjukkan gejala yang cukup berat,” lanjut Suwantyo.

Menurutnya, deteksi awal sangat penting dalam penanganan HIV/AIDS. Pasien yang menjalani terapi antiretroviral (ARV) secara rutin selama minimal enam bulan berpeluang besar menekan viral load hingga tidak terdeteksi. Dalam kondisi itu, penderita tidak lagi berpotensi menularkan virus, termasuk kepada anak saat proses persalinan.

Meski begitu, penelusuran sumber penularan seringkali terkendala. Banyak pasien yang enggan terbuka soal riwayat perilaku berisiko, seperti hubungan seksual tanpa pengaman maupun kebiasaan ‘jajan’.

Bahkan, beberapa pasien baru memeriksakan diri setelah merasa sakit berat dan harus dirawat di rumah sakit.

“Kadang pasien sudah membawa virus itu selama dua tahun lebih, tapi baru ketahuan setelah drop. Inilah pentingnya skrining rutin, terutama pada komunitas rentan,” katanya.

Dinkes Magetan sejauh ini telah menjalankan program kunjungan lapangan menggunakan mobil PCR untuk menyasar lokasi-lokasi potensial penularan, seperti kafe, pasar, dan tempat hiburan malam. Namun Suwantyo mengakui upaya ini masih terbatas, terutama karena tidak adanya lokalisasi yang memudahkan pemetaan.

“Kita bekerja sama dengan Satpol PP untuk mendatangi titik-titik rawan. Komunitas rentan seperti wanita pekerja seks (WPS) juga menjadi sasaran utama. Tapi ini tidak mudah,” jelasnya.

Sementara itu, upaya edukasi dan pencegahan juga dilakukan melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah. Dinkes mendorong remaja dan pelajar untuk menjauhi perilaku berisiko yang bisa menyebabkan terpapar HIV/AIDS.

“Kuncinya adalah keterbukaan dan deteksi dini. Kami mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatannya dan tidak takut melakukan pemeriksaan,” pungkasnya. (Gal/PK)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini