Oleh : Muries Subiyantoro, Alumni Ilmu Politik FISIP Unair Surabaya, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government and Political Research Institute) Magetan.
Hiruk pikuk pendaftaran bakan calon bupati dan bakal calon wakil bupati dalam dua minggu terakhir ini seperti sudah reda, seiring dengan telah ditutupnya pendaftaran dari beberapa partai politik di Magetan. Dalam dua minggu terakhir ini, sepertinya berita-berita tentang dinamika politik lokal menyongsong perhelatan Pilkada Serentak juga sedikit berkurang pemberitaannya.
Hal ini bisa dipahami karena setelah beberapa kandidat mendaftar sebagai bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati, relatif gerakan politik mereka di grass root kurang terlihat jelas. Hanya ada beberapa baliho baru yang terpasang di sudut-sudut kota dan wilayah Magetan dari beberapa kandidat yang sudah mendaftar.
Para kandidat saat ini sedang serius membangun pola komunikasi politik ke masing-masing partai politik baik di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat untuk memperebutkan rekomendasi. Sehingga kiprah dan gebyar mereka di masyarakat saat ini sangat kurang. Mereka para kandidat tidak terlalu mau beresiko untuk mengeluarkan logistik mereka, karena belum tentu mereka akan memperoleh rekomendasi dari partai politik.
Setidaknya dengan kondisi seperti di atas menunjukkan fenomena sejauhmana bentuk keseriusan para kandidat untuk memimpin Magetan. Seharusnya keinginan untuk mendaftar ke partai politik juga bisa di imbangi dengan gerakan nyata ke masyarakat setidaknya untuk memperkenalkan diri, terlebih bisa membangun sebuah komunikasi yang intens dan efektif kepada masyarakat tentang gagasan dan pikiran para kandidiat dalam membangun Magetan ke depan seperti apa. Karena hal ini penting dilakukan, agar masyarakat Magetan ibaratnya tidak memilih “kucing dalam karung”.
Konstelasi Politik Terbaru
Stagnasi dinamika politik lokal Magetan saat ini akan kembali “bergairah” dan “bergeliat” apabila terdapat perkembangan konstelasi politik lokal terbaru di Magetan. Perubahan dan perkembangan konstelasi politik lokal diyakini masih akan terus terjadi setidaknya menjelang pendaftaran Paslon secara resmi ke KPU Magetan tanggal 27 Agustus nanti.
LoGoPoRI setidaknya mencatat ada 5 (lima) konstelasi politik lokal Magetan yang dimungkinkan bisa dan akan terjadi dalam dua bulan ke depan yang akan sangat mempengaruhi dinamika politik lokal nanti. Kelima konstelasi politik tersebut diantaranya:
Pertama, apakah figur Suprawoto yang notabene sebagai Bupati Petahana akan benar-benar mendaftar sebagai bakal calon bupati atau tidak. Apabila Suprawoto benar mendaftar sebagai bakal calon bupati, konstelasi politik lokal Magetan pasti akan lebih menarik dan dinamis. Karena setidaknya pengaruh Suprawoto dalam memimpin Magetan selama lima tahun lalu masih terasa jejak peninggalannya. Terlepas dengan segala kelebihan dan kekurangannya, publik Magetan masih mengenal nama Suprawoto.
Konstelasi politik lokal ini akan semakin sengit ketika dimungkinkan Prona pecah kongsi, dan Suprawoto mendapat rekom partai politik begitu pula Nanik Endang Rusminiarti mendapat rekom partai politik. Dua figur yang selama lima tahun lalu berpasangan, namun saat ini harus head to head menjadi orang nomor satu di Magetan.
Seandainyapun Suprawoto tidak mendaftar sebagai bakal calon bupati, setidaknya yang bisa diamati secara lebih kritis adalah sejauhmana dukungan dan pilihan politik Suprawoto akan diberikan kepada bakal calon bupati yang akan mendapat rekom partai politik nanti. Hal ini juga patut diperhitungkan karena setidaknya pengaruh Suprawoto memimpin Magetan selama lima tahun lalu masih ada. Sehingga dukungan dan pilihan politik Suprawoto akan bisa membuat tambahan daya dukung bakal calon bupati yang didukungnya.
Kedua, publik saat ini menanti-nanti apakah Pj Bupati Hergunadi serius untuk mundur dari posisi Pj Bupati dan ikut kontestasi Pilkada Serentak ini atau tidak. Apabila Pj Bupati Hergunadi serius maju mencalonkan diri, maka hal ini akan sangat mempengaruhi peta politik dan konstelasi politik lokal Magetan menjadi lebih dinamis. Hal ini terjadi karena bagi para bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati lain akan sangat memperhitungkan kekuatan politik Pj Bupati Hergunadi.
Posisi sebagai Pj Bupati adalah posisi sangat strategis dengan jejak rekam di dunia birokrasi yang dimulai dari level paling bawah sampai level paling tinggi sebagai ASN/PNS karena pernah menjadi Sekda Magetan sampai pada akhirnya menduduki sebagai Pj Bupati adalah proses yang tidak mudah di dapat. Dan tidak semua orang mampu melewati proses itu dengan baik. Pengalaman Pj Bupati dalam memimpin birokrasi Magetan setidaknya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.
Justru yang akan menjadi pertanyaan publik ke depan, apabila Pj Bupati Hergunadi maju akan lewat jalur partai mana dan koalisi partai mana saja yang akan mengusungnya. Dan kira-kira siapa yang akan menjadi pendampingnya. Namun, peta politik akan menarik lagi ketika misalnya Pj Bupati Hergunadi serius maju tetapi tidak di posisi sebagai bakal calon bupati tetapi memilih sebagai bakal calon wakil bupati. Jika ini terjadi, maka dipastikan Pj Bupati Hergunadi akan menjadi “rebutan” dari bakal calon bupati untuk diajak berpasangan.
Ketiga, munculnya sosok pendatang baru yang dimungkinkan akan meramaikan bursa Pilkada Serentak yang berasal dari “pusat” yakni Mohamad Nur Sodiq. Putra asli Magetan yang sudah malang melintang di dunia BUMN. Beberapa hari terakhir ini sosok Nur Sodiq menjadi pemberitaan di beberapa media di Magetan.
Apabila yang bersangkutan benar-benar serius ikut menjadi kandidat dalam Pilkada Magetan, hal ini pasti juga akan mempengaruhi peta dan konstelasi politik lokal.
Namun jangan lupa bahwa dalam politik momentum itu penting. Jika memang Nur Sodiq serius ingin maju Pilkada maka harus benar-benar bisa membaca dan menggunakan momentum dengan tepat. Karena walaupun saat ini sudah ada pemberitaan di media massa, tetapi gerakan politik yang nyata dan sangat sederhana untuk memperkenalkan diri sebagai bakal calon pemimpin di Magetan dalam bentuk memasang baliho atau banner di ruang publik misalnya, sampai sekarang belum nampak terlihat. Membaca situasi dan momentum politik itu penting dilakukan agar tidak kehilangan momentum, karena dalam politik momentum itu sulit datang untuk kedua kalinya.
Keempat, menunggu “gebrakan” PKS Magetan. Dari sembilan partai politik peroleh kursi Pileg 2024 di Magetan, hanya PKS yang belum terdengar membuka pendaftaran bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati. Hal ini menarik untuk dicermati, karena apakah ini merupakan bagian dari strategi partai untuk tidak membuka pendaftaran, tetapi justru partai nanti yang akan “meminang” bakal calon.
PKS sebagai salah satu partai kader, memiliki militansi dan loyalitas tinggi dari para anggotanya. Ini terbukti dengan hasil Pemilu Serentak lalu, PKS memperoleh suara dan simpati masyarakat yang cukup signifikan di Magetan. Dan jika tiba-tiba pada saatnya nanti PKS Magetan mengumumkan bakal calon bupati yang namanya terdapat di antara para kandidat yang sudah mendaftar di partai-partai lain selama ini, atau bisa juga figur lain di luar para kandidat yang sudah beredar selama ini, juga akan sangat mempengaruhi peta dan konstelasi politik lokal di Magetan.
Kelima, menunggu “kejutan” dari keputusan DPP Partai Politik. Mahfum kita pahami bahwa rekom untuk Paslon Pilkada penentunya adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Politik. Apakah rekom yang turun sama dengan nama-nama yang sudah mendaftar selama ini, ataukah ada “kejutan” justru yang akan di rekom figur yang baru sama sekali, atau yang lebih menarik lagi yang direkom bukan kader internalnya sendiri.
Karena sekali lagi dalam politik itu segala kemungkinan bisa terjadi.
Untuk itulah mari kita bersama-sama menunggu dalam dua bulan ke depan konstelasi politik terbaru dan “tontotan” politik apa lagi dan apa saja yang akan disuguhkan partai politik kepada publik di Magetan. Selamat menyaksikan!