Oleh: Widia Astuti, Founder Rumah Belajar KITA Praktisi Pemberdayaan Masyarakat.
Tiga hari yang saya habiskan di Solo baru-baru ini, kota kelahiran mantan Presiden Joko Widodo, memberikan ruang refleksi yang dalam tentang masa depan bangsa ini. Kebetulan saya berada di sana menjelang akhir masa jabatan beliau, sebagai bentuk penghormatan kepada salah satu sosok yang telah menorehkan sejarah penting dalam perjalanan bangsa kita. Baliho-baliho besar yang menyambut kepulangan beliau menjadi simbol kuat dari apresiasi masyarakat Solo terhadap putra daerah yang telah membawa Indonesia melalui masa-masa yang penuh tantangan.
Kunjungan saya ke Ngarsopura, berbincang dengan para pedagang dan seniman, memperkuat kesan bahwa masyarakat Solo memiliki harapan besar akan kemajuan yang bisa terjadi dengan kembalinya Pak Jokowi. Baik secara langsung maupun tidak langsung, harapan ini menggambarkan hubungan yang erat antara pemimpin dan daerah asalnya. Terima kasih Pak Jokowi, selamat kembali ke kampung halaman.
Kini, perhatian kita tertuju pada tongkat estafet kepemimpinan yang telah berpindah ke tangan Presiden Prabowo Subianto. Peralihan ini memberikan nuansa ketenangan di tengah dinamika politik. Meski saya bukan pendukung Prabowo, ada kebanggaan sebagai warga negara melihat bagaimana proses transisi ini terjadi dengan damai dan penuh kehormatan. Prabowo memperlihatkan sikap hormat kepada pemimpin sebelumnya, sebuah pelajaran penting tentang etika kepemimpinan yang seyogianya menjadi teladan bagi pemimpin di tingkat daerah.
Kerendahan hati Prabowo dalam menjalankan tugasnya menjadi cermin bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap: tidak mencari kesalahan pemimpin terdahulu, melainkan menghormati dan belajar dari mereka. Sikap ini menjadi inspirasi besar dalam politik kita yang sering kali diwarnai oleh perselisihan.
Harapan besar kini terletak pada Asta Cita, program prioritas Prabowo yang akan menuntun arah pembangunan Indonesia. Khususnya, perubahan struktur kementerian menjadi sekitar 40 kementerian diharapkan mampu mempercepat pelaksanaan program dan target 100 hari pertama pemerintahannya. Di sisi lain, penambahan komisi di DPR juga diharapkan bisa memperlancar birokrasi, mempercepat realisasi program-program ke masyarakat.
Salah satu program unggulan yang patut mendapat perhatian adalah program makan gratis bagi anak sekolah. Program ini, jika dieksekusi dengan baik, bisa menjadi fondasi penting dalam pembangunan SDM masa depan. Namun, program ini juga rentan terhadap penyelewengan. Janji tegas Presiden Prabowo untuk menindak siapa pun yang bermain-main dengan dana publik memberikan secercah harapan bahwa integritas dalam pemerintahan akan dijaga dengan ketat.
Kepemimpinan Presiden Prabowo ini harus menjadi inspirasi bagi daerah-daerah yang akan memilih pemimpin baru. Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi besar, tetapi juga mampu belajar dari pendahulunya. Pemimpin yang tidak menjatuhkan, tetapi menghormati. Pemimpin yang melek teknologi, siap membawa industri kreatif lokal ke kancah yang lebih luas.
Poin keempat dan ketujuh dalam Asta Cita harus menjadi pedoman bagi calon pemimpin daerah: pembangunan SDM yang berkelanjutan, serta penguatan reformasi politik, hukum, dan birokrasi, disertai komitmen kuat dalam pemberantasan korupsi dan narkoba. Ini adalah kunci menuju Indonesia yang lebih baik dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kepada Presiden Prabowo Subianto, selamat memimpin negeri ini. Mari kita bersama-sama menatap masa depan yang lebih cerah, dengan langkah pasti menuju gerbang Indonesia Maju.