ICH UNESCO Gelar Reog Serentak di Alon-alon Ponorogo

0

POJOKKATA.COM, Ponorogo – Kabupaten Ponorogo kembali mencatat sejarah penting dalam pelestarian budaya dengan digelarnya acara Reog Serentak Sedunia di Paseban Alon-alon Ponorogo, Minggu (22/12/2024).

Perayaan ini menjadi bagian dari momen besar penetapan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO (Intangible Cultural Heritage).

Ribuan warga memenuhi area acara untuk menyaksikan atraksi budaya yang melibatkan 30 Dadak Merak, 10 penari Jathil, dan aksi energik dari para Bujangganong.

Meski cuaca terik menyengat, antusiasme masyarakat tidak surut, menjadikan acara ini penuh semarak dan kebanggaan.

Acara ini turut dihadiri oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Wakil Bupati, Forkopimda, serta tokoh masyarakat. Dalam sambutannya, Sugiri menekankan bahwa pengakuan UNESCO merupakan hasil perjuangan panjang yang membawa tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikan Reog Ponorogo.

“Pengakuan ini adalah hasil perjuangan semua pemimpin Ponorogo terdahulu. Namun, kebetulan pada masa kami, tonggak sejarah ini tercapai. Ini bukan soal siapa yang berhasil, tetapi bagaimana kita bersama-sama merawat dan memanfaatkan momentum ini untuk membangun Ponorogo yang lebih baik,” ujar Sugiri Sancoko.

Perayaan ini tidak hanya berlangsung di Ponorogo, tetapi juga diikuti serentak oleh komunitas Reog di berbagai negara, seperti Hong Kong, Jepang, Australia, Azerbaijan, Malaysia, Amerika Serikat, dan kota-kota besar di Indonesia.

Menurut Sugiri, pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo membawa dampak positif yang multidimensi, terutama dalam sektor budaya, ekonomi, pariwisata, dan penguatan identitas lokal.

“Reog kini bukan hanya kesenian, tetapi telah menjadi gaya hidup dan pusat perhatian dunia. Mari bersama membangun kesadaran untuk menjadikan Reog sebagai episentrum kebangkitan Ponorogo,” tambahnya.

Warga Ponorogo menyambut baik acara ini sebagai pengingat pentingnya menjaga warisan budaya. Tedy, salah seorang warga, mengungkapkan rasa bangganya.

“Kami sangat bangga dengan Reog yang kini diakui dunia. Semoga acara seperti ini terus diadakan agar generasi muda sadar akan pentingnya melestarikan budaya,” ujarnya.

Selain menjadi panggung budaya, acara ini juga mengingatkan pentingnya persatuan masyarakat. Sugiri Sancoko mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Reog sebagai simbol kebersamaan, melampaui perbedaan politik atau kepentingan sesaat.

“Saatnya melupakan perbedaan dan bersatu demi Ponorogo yang lebih hebat. Reog telah membuka peluang besar; tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan bijak,” tutup Sugiri.

Dengan pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo kini menjadi kebanggaan nasional yang diharapkan mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Perayaan ini bukan hanya simbol keberhasilan, tetapi juga panggilan bagi seluruh masyarakat Ponorogo untuk terus menjaga martabat budaya sebagai warisan yang tak ternilai harganya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini