POJOKKATA.COM, Magetan – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari, menilai bahwa lahan persawahan di Desa Carikan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memiliki potensi besar untuk mewujudkan mendukung program swasembada pangan di Indonesia.
Dengan luas lahan mencapai 73 hektare dan tingkat produktivitas 7,2 ton per hektare, desa ini telah melampaui rata-rata produktivitas nasional yang hanya 5,2 ton per hektare.
“Luas lahan sawah di Desa Carikan ini mencapai 73 hektare dengan produktivitas yang mencapai 7,2 ton per hektare. Ini sudah jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5,2 ton. Petani di sini bahkan berambisi meningkatkan hasil panen hingga 8 ton per hektare, dan menargetkan 10–11 ton jika semua sumber daya dapat dioptimalkan,” ungkap Kharis saat kunjungannya di Carikan, Bendo, Magetan, Rabu (19/2/2025).
Namun demikian, petani di desa ini masih menghadapi beberapa kendala, terutama terkait masalah cuaca dan ketersediaan air yang mempengaruhi masa tanam.
Kharis menyampaikan bahwa kesulitan memperoleh air menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi para petani di beberapa wilayah Magetan. Di Desa Carikan, petani hanya bisa melakukan dua kali masa tanam dalam setahun, sementara idealnya bisa tiga kali, meskipun salah satu tanamannya harus berupa palawija atau tebu.
“Petani di Carikan hanya bisa melakukan dua kali masa tanam. Padahal, mereka seharusnya bisa menanam tiga kali dalam setahun, meskipun pada masa tanam ketiga harus menggunakan tanaman palawija atau tebu,” jelas Kharis.
Meski menghadapi tantangan tersebut, Kharis mengapresiasi kinerja Perum Bulog yang telah berhasil menyerap gabah petani dengan harga yang menguntungkan. Sesuai dengan arahan Presiden Prabowo, Bulog membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram, sebuah kebijakan yang mendapat sambutan positif dari para petani.
“Bulog sudah menjalankan perintah Presiden untuk menyerap gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Tadi saya melihat bagaimana petani menumpuk hasil panennya di pinggir jalan, lalu gabah mereka langsung ditimbang, dibayar, dan diangkut oleh Bulog. Ini tentu sangat memudahkan petani dan memberikan harga yang terbaik untuk mereka,” kata Kharis.
Di samping itu, Kharis juga menyoroti pentingnya peningkatan sarana dan prasarana pertanian di Magetan, khususnya dalam hal irigasi dan alat panen modern. Beberapa petani mengeluhkan kurangnya alat panen yang efisien di daerah mereka, yang membuat pekerjaan panen menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama.
“Saya paham bahwa tidak mungkin setiap desa memiliki alat panen. Mungkin solusi yang lebih tepat adalah mendatangkan alat panen dari luar daerah agar lebih efektif dan efisien,” tambahnya.
Di akhir kunjungan, Kharis mengapresiasi kolaborasi antara berbagai pihak yang telah berperan dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Magetan. Menurutnya, sinergi antara petani, pemerintah, dan instansi terkait sangat penting untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.
“Kolaborasi yang terjalin dengan baik antara pemerintah, petani, dan berbagai pihak terkait sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan terus menjaga sinergi ini, saya yakin Magetan bisa menjadi salah satu contoh daerah yang sukses dalam mencapai swasembada pangan,” pungkas Kharis. (*)