POJOKKATA.COM, Ponorogo – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo tancap gas dalam pembangunan infrastruktur jalan. Tak ingin masyarakat terus berjibaku dengan jalan rusak, Bupati Sugiri Sancoko alias Kang Giri menyusun strategi percepatan, bahkan menerapkan skema ‘atraksi’ demi menuntaskan proyek lebih awal dari rencana.
Usulan dana jumbo disampaikan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Ponorogo untuk lima tahun mendatang. Totalnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 253 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 102,30 kilometer dari tahun 2026 hingga 2029.
Kepala DPUPKP Ponorogo, Jamus Kunto, merinci rencana tersebut. Tahun 2026 diusulkan anggaran Rp 59,75 miliar untuk 16 titik jalan dan dua jembatan.
Tahun 2027 sebesar Rp 70,10 miliar (25 titik jalan dan tiga jembatan), 2028 senilai Rp 73,05 miliar (18 titik jalan dan sembilan jembatan), serta 2029 sebesar Rp 50,40 miliar (15 titik jalan dan tujuh jembatan).
“Untuk tahun 2025 ini, sudah dicanangkan pembangunan jalan Gajah Mada sebagai skala prioritas. Disusul ruas Jarakan–Kalibening, Pulung–Pudak, dan Jeruksing–Jabung. Total anggaran tahun ini mencapai Rp 26,7 miliar,” beber Jamus, Senin (14/4).
Sayangnya, jalan yang sudah dibangun kerap tak berumur panjang. Meski diproyeksikan awet hingga 10 tahun, kenyataannya banyak yang rusak hanya dalam hitungan tiga tahun. Penyebab utamanya, kendaraan over dimension over loading (ODOL) yang kerap melintasi jalan desa dan kabupaten.
“Contohnya ruas Mlilir–Semanding–Janti yang dibangun 2022. Tahun ini sudah rusak lagi. Tapi kalau jalan yang nggak dilewati truk tambang atau truk besar, kondisinya masih bagus,” jelasnya.
Menanggapi usulan tersebut, Bupati Kang Giri mengaku ingin memacu pembangunan lebih cepat. Ia menyebut skema ‘atraksi’ sebagai jurus baru, yaitu percepatan proyek infrastruktur yang semestinya baru dikerjakan pada 2027–2028, namun ditarik ke tahun 2025–2026.
“Saya ingin 2028 dan 2027 itu kita ‘atraksi’-kan ke 2025 dan 2026. Caranya? Kita cari solusi bareng-bareng,” ungkap Kang Giri.
Menurutnya, pembangunan ini bukan sekadar proyek, tapi menyangkut hajat hidup masyarakat Ponorogo. Ia juga menekankan pentingnya skala prioritas dan penertiban kendaraan ODOL agar jalan tak cepat rusak lagi.
“Yang nggak kalah penting, kontraktor harus yang punya rekam jejak bagus. Jangan sampai (maaf) asal-asalan. Kita butuh yang bermoral dan tanggung jawab,” tegasnya. (Gal/PK)