POJOKKATA.COM, Magetan – Suasana segar menyelimuti Kebun Buah Srogo, Selasa (15/4) pagi. Ratusan pengunjung tumpah ruah mengikuti gelaran Festival Pamelo Magetan 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Magetan.
Bukan sekadar festival biasa, ajang ini menjadi bentuk apresiasi nyata kepada para petani jeruk pamelo yang hingga kini masih setia membudidayakan buah kebanggaan Magetan, meski sempat dihantam kekeringan.
“Ini bentuk penghargaan kami untuk para petani yang tetap bertahan. Jeruk pamelo adalah ikon hortikultura Magetan yang tidak boleh hilang,” ujar Kepala DTPHP Magetan, Uswatul Chasanah.
Festival kali ini diikuti oleh 71 peserta dan menyuguhkan tiga agenda utama: penilaian jeruk terbaik, icip-icip jeruk pamelo gratis, dan bazar produk pertanian. Pengunjung juga bisa membeli langsung pamelo segar dengan harga bersaing.
Menurut Uswatul, setidaknya ada tiga varietas pamelo lokal yang sudah diakui, dan satu jenis tambahan dari Desa Sayutan sedang dalam proses usulan.
“Jeruk pamelo yang menang lomba ini nanti akan dikembangkan lebih lanjut sebagai produk unggulan,” imbuhnya.
Tak hanya mengenalkan jeruk berkualitas, festival ini juga menjadi momen mempromosikan Kebun Buah Srogo sebagai destinasi edukasi dan wisata buah.
“Memang ada percontohan pamelo di sini, tapi rasa tetap paling enak kalau dari lahan asalnya. Ini juga jadi tantangan bagi kita,” tambah Uswatul.
Ia menyebutkan, meski sempat anjlok akibat kekeringan tahun 2017, produktivitas pamelo saat ini mulai merangkak naik. Ada sekitar 380 ribu pohon yang tersebar di beberapa kecamatan, meski dari sisi luasan lahan belum sepenuhnya pulih.
Dalam kesempatan yang sama, Pj Sekda Magetan, Winarto, turut hadir dan menikmati jeruk pamelo. “Saya penggemar jeruk sejak kecil. Pamelo Magetan ini rasanya khas, tidak kalah saing dengan jeruk dari daerah lain,” ujarnya sembari tersenyum.
Winarto juga menyoroti pentingnya edukasi bagi petani soal teknik pemupukan, perawatan tanaman, hingga penanganan hama seperti lalat buah dan jamur batang yang kerap muncul saat musim kemarau.
Ia menilai, jika perawatan maksimal dan pemasaran dioptimalkan, pamelo bisa menjelma menjadi komoditas unggulan berdaya saing nasional.
Tak hanya buahnya, kulit pamelo juga mulai dilirik sebagai bahan baku produk olahan. Salah satunya adalah “kormelo” atau manisan kulit pamelo yang sempat populer dan kini akan coba digiatkan kembali.
“Kalau petani cerdas, UMKM jalan, produk olahan hidup, masyarakat sejahtera. Itu target akhirnya,” tegas Winarto.
Festival ini bukan akhir, tapi langkah awal untuk menjadikan pamelo sebagai identitas rasa sekaligus penggerak ekonomi Magetan. (Gal/PK)