POJOKKATA.COM, Ponorogo – Suara gamelan yang harmonis menggema dari Pendopo Agung Kabupaten Ponorogo. Tidak seperti biasanya, yang memainkan alat musik tradisional ini bukanlah para seniman senior, melainkan para niyaga (penabuh) dan wiraswara (vokal) muda, mulai dari anak-anak sekolah hingga ibu-ibu anggota PKK.
Ponorogo, sebuah daerah yang dikenal akan kekayaan budaya Jawanya, kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan seni tradisional.
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-528, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menyelenggarakan Festival Karawitan yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 8 Agustus 2024.
Festival ini diikuti oleh berbagai peserta, mulai dari tim PKK dari setiap kecamatan hingga pelajar dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Festival ini dibuka secara resmi oleh Bupati Ponorogo, Kang Sugiri Sancoko. Dalam sambutannya, Kang Sugiri menekankan pentingnya festival seperti ini sebagai sarana untuk melestarikan budaya dan membangkitkan semangat generasi muda untuk mencintai kesenian tradisional.
“Ini adalah bentuk kaderisasi dan transmisi budaya agar warisan leluhur kita, seperti gamelan dan gending Jawa, dapat terus hidup dan berkembang dengan kualitas yang baik,” ujarnya.
Pada hari pertama festival, puluhan grup karawitan yang terdiri dari ibu-ibu PKK dari 21 kecamatan di Kabupaten Ponorogo tampil unjuk kebolehan.
Suara merdu dari gending Jawa yang mereka mainkan, diiringi tabuhan gamelan yang indah, menciptakan suasana yang magis di Pendopo Agung Ponorogo.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, mengungkapkan bahwa festival ini juga melibatkan pelajar dari berbagai tingkatan.
“Kami sangat bangga karena festival ini diikuti oleh 13 tim dari tingkat SD, 17 tim dari tingkat SMP, dan 8 tim dari tingkat SMA/SMK. Ini menunjukkan bahwa kesenian tradisional masih diminati oleh generasi muda,” kata Judha.
Lebih dari sekadar lomba, Kang Bupati Sugiri berharap festival ini dapat menjadi momentum untuk menumbuhkan kaderisasi generasi muda yang berbudaya luhur dan mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.
“Jika kesenian tradisional bisa menjadi kincir peradaban, maka akan ada pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Maka dari itu, saya berharap ke depannya kesenian karawitan tidak hanya dilombakan, tetapi juga aktif digelar di setiap desa agar eksistensinya semakin meluas,” tambahnya.
Festival Karawitan ini tidak hanya menjadi ajang unjuk bakat, tetapi juga sebagai upaya Pemkab Ponorogo untuk memastikan bahwa seni tradisional tetap hidup dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari ibu-ibu hingga pelajar, Ponorogo sekali lagi membuktikan bahwa budaya Jawa tidak hanya dilestarikan, tetapi juga diwariskan dengan penuh cinta dan kebanggaan. (Gal)