POJOKKATA.COM, MAGETAN – Setelah vakum beberapa tahun, Festival Musik Lesung Bedug (Ledug) kembali digelar di Alun-alun Magetan. Agenda budaya ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Joyo Jayaning Nuswantara kelima, dan secara resmi dibuka oleh Bupati Magetan, Nanik Sumantri, pada Minggu (6/7).
Kembalinya festival ini tak hanya membawa nostalgia, tapi juga semangat baru untuk melestarikan musik tradisional khas Magetan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Joko Trihono, menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan penampilan perdana setelah pandemi, dengan harapan besar terhadap pengakuan hak kekayaan intelektual komunal untuk musik ledug.
“Musik ledug ini sebuah musik khas yang diteliti sampai ke notasinya. Harapan kami, melalui festival ini bisa lahir lebih banyak inovasi, kreasi, dan eksplorasi dalam pengembangan musik ledug, tentu tanpa meninggalkan pakemnya,” ujarnya.
Musik ledug sendiri dikenal sebagai bentuk seni musik tradisional yang mengandalkan lesung dan bedug sebagai instrumen utama. Meski terkesan sederhana, kekayaan irama dan ritmenya menyimpan makna budaya yang dalam.
Bupati Nanik pun menaruh harapan besar pada generasi muda. Ia ingin festival ini bisa menjadi media edukasi sekaligus inspirasi bagi kalangan milenial untuk lebih mengenal dan mencintai warisan budaya leluhur.
“Kita ingin generasi milenial kembali mengenal musik lesung bedug, baik dari sisi sejarah, fungsi, maupun nilai seninya. Melalui festival ini, semuanya disajikan dalam bentuk karya seni yang indah,” tutur Nanik.
Festival ini diikuti oleh 11 grup peserta yang berasal dari kalangan pelajar SMA/SMK sederajat serta sanggar dan komunitas seni di Magetan.
Untuk menjaga kualitas penilaian, panitia menghadirkan dewan juri dari kalangan akademisi musik ternama, di antaranya:
- Yuddan Fijar Sugmatimur, S.Sn., M.Sn. – Dosen Prodi Karawitan LPPM STKW Surabaya
- Dea Lunny Primamona, S.Sn., M.Sn. – Dosen Etnomusikologi, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta
- Kiswanto, S.Sn., M.Sn. – Kaprodi Etnomusikologi ISI Surakarta
(Lak/G.lih)