POJOKKATA.COM, Magetan – Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jatim menekankan pentingnya peran media dalam mengawal pagelaran Pilkada serentak pada November 2024 mendatang.
Hal ini disampaikan oleh Komisioner KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Timur, Sundari saat menjadi narasumber dalam acara media gathering bertajuk ‘Peran Pers Kawal Pilkada Edukatif Menjernihkan Informasi’ yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu (31/07/2024) di Mbah Djoe Resort, Magetan.
Ia mengajak seluruh media di Magetan untuk berpihak pada kepentingan rakyat atau pemilih dengan menyampaikan informasi yang edukatif dan akurat, serta menjernihkan berita dari hoax dan kampanye hitam.
Ajakan ini disampaikan dalam
“Saya menghimbau pada media berpihak boleh tapi berpihaknya harus pada rakyat, kepada pemilih, sehingga informasi yang disampaikan benar-benar diperlukan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Menurut Sundari, Media memiliki empat peran utama: mengedukasi pemilih, menjernihkan informasi dari hoaks atau kampanye hitam, menarik partisipasi pemilih, dan menjadi pemandu masyarakat dalam memilih informasi yang substantif.
Selain itu, iming-iming iklan dapat menjadikan media berpihak pada calon tertentu, sehingga dikhawatirkan tidak mencakup berbagai kelompok masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti polarisasi yang dapat membahayakan demokrasi. “Kadang, meskipun media sudah menyampaikan informasi dengan benar, karena tidak sesuai dengan preferensi calon yang dipilih, masyarakat tidak percaya. Ini sangat berbahaya,” tambahnya.
Tantangan lain, lanjut Sundari, yang tak kalah penting adalah mengenai berita hoax yang banyak beredar di media sosial.
“Sementara pemilih terbesar adalah Gen Z yang lebih banyak mengakses informasi melalui media sosial daripada media mainstream. Tantangan bagi kita adalah bagaimana semua pemilih, termasuk Gen Z, lebih fokus pada media massa mainstream yang diawasi oleh Dewan Pers dan KPID (penyiaran), sehingga informasi lebih tertata dan memiliki code off conduct,” jelasnya.
Masyarakat dihimbau memahami ciri-ciri informasi hoax yang biasanya bersifat provokatif, dibuat dengan nada negatif, serta sumbernya tidak jelas. Sundari juga mengingatkan tentang teknologi AI yang mampu mengubah suara dan gambar semirip mungkin, padahal sebenarnya palsu.
“Harapan saya, media massa dapat membantu masyarakat jika ada informasi hoax yang beredar,” pungkasnya.